Nunukan - Kecamatan Sebatik memiliki potensi perikanan yang begitu besar. Salah satunya ikan teri yang telah dikeringkan. Sayangnya ikan-ikan hasil tangkapan nelayan ini harus dijual murah ke Malaysia. Ikan yang sudah dijual ke Malaysia ini, kembali dibawa ke Sebatik dan Nunukan dengan harga yang lebih mahal.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Cabang Sebatik, Masjidil, Kamis (10/6/2010) mengatakan, hasil perikanan di Sebatik masih dikelola secara tradisional tanpa pengemasan yang baik. Hasil perikanan ini terpaksa harus dijual ke Malaysia karena infrastruktur perikanan di Sebatik belum mendukung.

Ikan teri ambalat, merupakan salah satu produk perikanan yang masih dikelola seadanya. Sesuai dengan namanya, ikan ini diperoleh para nelayan dengan melaut di Pulau Karang Unarang, Ambalat.

Kawasan tersebut terkenal kaya akan ikan. Sebab letaknya berada persis pada pertemuan arus laut dari Malaysia dan Indonesia. Kawasan ini juga dikenal memiliki cuaca yang ekstreem.

Ada sekitar 200 nelayan di Sebatik yang memproduksi ikan teri ambalat. Produksi ikan teri ini biasanya dilakukan para ibu-ibu saat suaminya melaut.

Dalam sebulan, produksinya bisa mencapai lebih lima ton. Pada bulan tertentu antara Januari hingga Maret, produksi malah melipah karena tangkapan para nelayan juga banyak.

Masjidil menjelaskan, ikan teri yang panjangnya sekitar lima sentimeter itu dikemas dengan dua macam cara. Ada yang langsung dikeringkan, adapula yang dimasak dulu lalu dikeringkan.

Ikan teri yang sudah dimasak terlebih dahulu ini lebih disenangi di Malaysia. Sebab ikan ini sudah tanpa kotoran, tanpa tulang dan tanpa kepala. Warnanyapun berbeda dengan ikan teri biasa. Ikan teri yang sudah dimasak, berwarna putih bersih.

“Orang di Malaysia biasa makan ikan teri yang sudah bersih. Beda dengan kita,” ujarnya.

Setiap kilogram ikan teri ambalat dijual seharga 10 sampai 13 ringgit Malaysia atau sekitar Rp. 28.000 sampai Rp. 36.400 perkilogram.

“Dan hampir semua ikan teri ambalat dipasarkan di Tawau, Malaysia. Karena sudah dimasak sebelum dikeringkan, ikan ini sebenarnya bisa langsung dimakan. Tetapi lebih baik dimasak lagi dan diberi bumbu. Karena kadar garamnya masih tinggi sehingga rasanya asin kalau langsung dimakan,” katanya.

Pengelolaan tradisional tanpa pengemasan yang baik saat dijual ke pedagang di Malaysia, membuat harga ikan teri ini lebih murah jika dibandingkan dengan harga ikan teri yang dijual kembali pedagang di Malaysia.

“Sebenarnya kalau ada pameran-pameran yang digelar dalam negeri, ikan teri ini ramai dibeli pengunjung. Tapi sampai saat ini belum ada investor yang mau manampung dan mengemas lebih baik hasil perikanan seperti ini. Sehingga nelayan masih secara trdisional mengemas dan menjualnya ke Malaysia,” katanya. (*)