Kru KRI Sutanto (887) Letda Alant G, saat mengoperasikan IMSS.


Nunukan
- Frekuensi tugas personil TNI Angkatan Laut di Pos AL Sungai Pancang, Sebatik, meningkat enam bulan terakhir. Pasalnya mereka dibebankan tugas mengoperasikan IMSS (Integrated Maritime Surveillance System).

Ini adalah suatu sistem satelit pemantau kawasan maritim terintegrasi yang digunakan untuk memantau segala aktivitas di sepanjang wilayah perairan di perbatasan Kalimantan Timur dengan Sabah Malaysia.

Radar buatan Amerika bantuan Departemen Pertahanan kepada Pos AL Sungai Pancang itu, setiap harinya dikendalikan lima personil yang terdiri dari personil dibagian operator komunikasi serta bagian operator automatic identification system (AIS) dan navigasi Sperry.

Peralatan ini sangat canggih dan bermanfaat untuk kepentingan pertahanan negara. Dengan menghidupkan radar, setiap kapal yang memiliki pancaran AIS dapat segera teridentifikasi nama kapalnya, call sign, nomor seri kapal, type, cargo, statusnya yang sedang berlayar atau lego jangkar, koordinat, kecepatan, halu, tujuan, waktu kedatangan hingga panjang dan lebar kapal.

"Alat ini juga dilengkapi kamera untuk siang dan malam. Pada malam hari kamera dapat menggunakan inframerah. Sehingga segelap apapun, setiap pergerakan di laut dapat terpantau," kata Danposal Sungai Pancang, Lettu Laut (E) Nasution.

Radar yang dimiliki Pos AL Sungai Pancang ini memiliki jangakauan hingga puluhan mil. Keadaan perairan di Tarakan bahkan semua gerakan kapal yang masuk Selat Makassar dapat terpantau.

"Cuma ini juga tergantung pada kondisi cuaca dan sasaran. Kalau cuaca jelek, tidak bagus lalu jaraknya begitu jauh, itu akan kelihatan kecil cepat menghilang," katanya.

Bagi TNI, keberadaan radar ini tentu sangat terkait erat dengan kepentingan pertahanan. Setiap pergerakan lawan tentunya akan terpantau dengan alat itu. Jika ada kapal yang jalannya tidak lurus dan selalu berhenti di jalan, tentu kapal itu patut dicurigai. Jika dianggap rawan, akan dikirimkan kapal dari pangkalan terdekat untuk mengecek kapal tersebut.

"Sebenarnya kalau kapal ikan atau cargo saja tidak masalah. Tetapi kalau kapal perang dan pesawat militer, itu yang kita waspadai," kata Komandan Pangkalan AL Nunukan Letkol Laut (P) Rachmad Jayadi.

Setiap pelanggaran laut (garla) yang dilakukan pihak lawan di sekitar wilayah perbatasan yang terpantau radar, segera dilaporkan. "Jadi kita dengan Malaysia ini saling berlomba melaporkan garla di wilayah masing-masing. Dengan menggunakan radar, dia posisi lintang dan bujur terjadinya pelanggaran bisa ketahuan. Dia masuk koordinat berapa, seberapa lama, seberapa jauh ketahuan semua," katanya.

Begitu menerima laporan garla, Danposal Sungai Pancang segera melaporkan ke Danlanal Nunukan. "Nanti saya telegram ke komando atas dan itu akan diteruskan sampai nanti terakhir di Departemen Luar Negeri. Nanti Deplu yang akan menyampaikan nota protes," katanya. Kecenderungannya, setiap tahun terjadi penurunan pelanggaran di wilayah Lanal Nunukan. (*)