Nunukan-
Untuk mengimbangi gemerlapnya Kota Tawau milik Malaysia, Pemkab Nunukan mengusulkan Pulau Sebatik ditingkatkan statusnya menjadi kota. Usul ini disampaikan pemkab dalam pertemuan dengan Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) Muladi di Kantor Gubernur, Rabu, 20 Januari 2010, lalu.

Sementara Pemprov Kaltim mendukung dan siap membantu memperjuangkan. “Saat malam hari, bisa kita lihat perbedaan jelas antara Tawau dengan Pulau Sebatik. Bila di Tawau terang gemerlap, di Pulau Sebatik gelap gulita. Ini perbedaan sangat mencolok,” kata Wakil Bupati Nunukan Kasmir Foret, Selasa (19/1) kemarin dalam pertemuan itu.

Kasmir meyakini, dengan dinaikkannya Pulau Sebatik menjadi kota, pembangunan infrastruktur di kawasan itu bisa terakselerasi. Seperti diketahui, selama ini secara ekonomi, masyarakat Pulau Sebatik sangat bergantung kepada Tawau, Malaysia.

Hampir semua komoditas yang dihasilkan masyarakat, seperti ikan, kelapa sawit, dan cokelat, dijual ke negeri jiran itu. Masyarakat Sebatik pun membeli aneka kebutuhan sehari-hari dari Tawau. Tak heran jika ada dua mata uang yang beredar di sana, yakni rupiah dan ringgit.

“Karena itu kami minta ini menjadi pertimbangan Lemhanas. Kalau Sebatik jadi kota, maka akan bisa mengimbangi kekuatan ekonomi di Tawau,” katanya.

Secara geografis, Pulau Sebatik memang lebih dekat ke Tawau. Sehingga hubungan antara kedua wilayah ini sangat erat, terutama faktor ekonomi. Perjalanan ke Tawau hanya membutuhkan waktu 15 menit menggunakan speed boat 60 PK (Paard Kracht/daya kuda). Ongkosnya sekitar 15 ringgit (setara Rp 45.000).

Sementara, perjalanan dari Pulau Sebatik ke Nunukan membutuhkan waktu 1,5 jam. Ongkosnya lebih Rp 100.000. “Masalah kedekatan transportasi menjadi pengaruh utama banyak warga Sebatik yang berbelanja ke Tawau,” katanya. Senada, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak juga mendukung usulan Pulau Sebatik menjadi kota. Hanya saja katanya, tahap usulan itu masih jauh dari terealisasi.

“Tentu harus dari awal perjuangannya, tapi usulan ini sangat bagus. Kami harap Gubernur Lemhanas menyetujui dan ikut memperjuangkan ini,” kata Faroek.

Sementara itu, Gubernur Lemhanas Muladi juga mengatakan, perubahan Sebatik menjadi kota merupakan usulan bagus. Hanya saja katanya, dia belum bisa memastikan apakah usulan itu akan diterima pusat atau tidak.
“Saya belum tahu apakah keputusan ini akan diterima atau tidak. Namun, akan kami bawa untuk dijadikan salah satu masukan dalam rapat mengenai wilayah perbatasan dengan presiden,” katanya.

Dikatakannya, permasalahan di Sebatik menjadi salah satu isu perbatasan yang akan menjadi prioritas dalam rapat-rapat Lemhanas. "Mengenai masalah ekonomi lintas batas ini, juga menjadi bahan kajian kami," ujar Muladi.

Seperti diketahui, Pulau Sebatik adalah pulau di sebelah timur laut Kalimantan. Pulau ini secara administratif dibagi menjadi dua bagian. Di bagian utara masuk wilayah Sabah, Malaysia dan di bagian selatannya masuk wilayah Indonesia yang merupakan bagian dari Kaltim. Di sebelah barat pulau ini terdapat Pulau Nunukan, sedangkan di seberang utara terdapat Kota Tawau, yang sudah berada di negara bagian Sabah, Malaysia.