Menjelang akhir 2008 kira-kira setelah puasa, aku sempat diajak liputan kunjungan kerja DPRD Nunukan ke Aji Kuning, Sebatik Barat...Abis nyerap aspirasi warga di kantor desa, kita diajak ke kebun salah seorang petani (lupa nama petani dan tempatnya)...
Di sana sudah numpuk durian yang satu persatu dibelah sang empunya..Dengan lahap kita sikat semuanya tanpa ampun..Si Nana, staf DPRD sampai ampun-ampun mencicipi rasa durian yang aduhaiiii manisnya...

"Em enak...kasihan deh kalian yang nggak ikut," kata Nana menyicipi buah durian sambil menghubungi rekannya menggunakan telepon selulernya.
Menurut sang pemilik, durian miliknya mencapai puluhan pohon. Kebetulan saat kami datang, lagi musim panen. Jadi deh durian itu dikasikan gratis saja buat kami...

Aduh perut kenyang, sudah gak mampu menghabiskan durian yang ada dimeja...Terus ada anggota Dewan yang pengen bawa durian buat ole-oleh..Ternyata dengan Rp50 ribu sudah bisa dapat satu karung durian..Wah murah sekali...
Rencananya sudah mau pulang, baru buka pintu mobil tiba-tiba si empunya rumah manggil kita.
"Naik dulu, ada bubur durian," katanya memanggil.
Jadilah perut ini dipaksa mencicipi bubur lezat rasa durian...

Lama gobrol-ngobrol di rumah lantai dua itu, akhirnya keluar semua curahan hati para petani yang kebetulan ikut ngumpul hari itu. Hasil panen yang berlimpah, namun tak didukung infrastruktur jalan yang memadai.
Bagian jalan di Jalan Aji Kuning sudah putus beberapa bulan..Jalan tak bisa dijangkau menggunakan kendaraan termasuk kendaraan roda dua...Jalan kaki boleh. Tapi gila apa harus ngangkat buah durian, pisang, nangka dan lain-lain dengan jalan kaki berkilo-kilo?
Persoalan jalan bukan hanya menjadimasalah petani di Sebatik..Sebagian warga Nunukan di buat kesal karena kualitas proyek termasuk penempatan proyek yang tidak tepat guna dan tepat sasaran..Jalan yang harusnya menjadi akses untuk menumbuhkan ekonomi rakyat justru tidak direncanakan sebagaimana mestinya...

Warga Sebatik yang membutuhkan jalan, namun pembangunan jalan tak tuntas..Sementara Pemkab Nunukan justru merencanakan pembangunan jalan di Hutan Lindung, termasuk Hutan KBK yang nyaris tak pernah dilalui manusia...

Alasannya membuka jalan untuk mengamankan hutan yang masih tersisa. kenyataannya setelah jalan dibuka di hutan, justru perambahan hutan makin marak dan pengkavelingan tanah hutan makin menjadi-jadi. Bahkan seorang mantan camat punya kavelingan di hutan lindung.

Belum lagi bicara kualitas proyek yang sangat mengecewakan. Tahun ini pembukaan jalan, tahun depan pembukaan lagi dan tahun depannya pembukaan lagi karena jalan terus-terusan mengalami longsor...Akhirnya abis deh duit rakyat, namun jalan tak kunjung di aspal.

Petani di Sebatik mengeluh karena setelah jalan setapak yang selama ini mereka gunakan dilebarkan, justru disana sini terjadi longsoran...Jalan amblas dan tidak bisa digunakan lagi...
Menurut Suyono salah seorang staf Dinas PU Nunukan, sudah menjadi tradisi bagi setiap kontraktor menyetorkan 10 persen nilai proyek kepada pejabat PU Nunukan sebagai tanda ucapan terima kasih.

Padahal sebagian besar kontraktor berani menawar bahkan hingga setengah dari nilai pagu proyek...Yang terjadi, proyek dikerjakan asal-asal....
Tak heran waktu ikut kunjungan kerja di Krayan, Jalan di Long Umung yang nilainya Rp 700 juta, nyaris tak dikerjakan. Namun duitnya sudah abis diambil kontraktor. Indikatornya, pekerjaan jalan yang katanya baru selesai dikupas tiga bulan lalu, tapi rumputnya lebih tinggi dari orang dewasa...Tempatnya seh memang di tengah hutan, itupun perlu perjuangan bisa tembus ke sana...Pengawasnya dipanggil, eh dia ngaku kalau gak pernah ninjau proyek itu...Jadinya dia cuma memberikan legitimasi kalau pekerjaan proyek sudah tuntas..tas

Nah setengah dari APBD Nunukan 2008 hanya digunakan untuk membiayai proyek yang tidak becus ini...Katanya Keppres 080/2003, keuntungan yang bisa diperoleh kontraktor tidak boleh lebih dari 10 persen nilai pekerjaan...Kalau 10 persen disetorkan ke pejabat PU, artinya sudah bisa dipastikan keuntungan yang diperoleh dari nilai pekerjaan pasti lebih dari 10 persen...Kualitas proyek yang amburadul semakin menguatkan,,,bahwa sebagian kontraktor masih bekerja tidak becus....

APBD 2008 besarnya sekitar Rp1 trililun,,Kalau 50 persen untuk alokasi anggaran PU, artinya 500 miliar digunakan untuk proyek-proyek dimaksud. Kalau setiap kontraktor bisa mengambil untung sekitar 50 persen dari nilai pekerjaan, artinya Rp250 miliar uang APBD Nunukan hanya dinikmati puluhan kontraktor yang orang-orangnya sudah kita tahulah.,....

Bandingkan dengan anggaran pendidikan yang besarnya hanya Rp 80 miliar (tahun 2008)..anggaran itu harus digunakana menggaji ratusan guru dan pegawai dinas pendidikan, digunakan untuk subsidi pendidikan bagi ribuan pelajar termasuk untuk pemangunan gedung dan seluruh sarana prasarana penunjunag pendidikan...Artinya APBD Nunukan masih belum digunakan untuk kesejahteraan warga..

Kembali ke soal durian, ketika akses menuju kebun-kebun ini belum mendukung tentunya petani akan tetap kesulitan mengeluarkan hasil penanennya....Belum lagi kalau kita bicara minimnya upaya pemerintah membantu memasarkan hasil pertanian dan perkebunan dari para petani...Jadilah petani kita harus menukar produk-produk unggulannya (termasuk durian yang nikmat tadi) dengan sembako di Tawau Malaysia....

Sumber : Niko Ruru