Nunukan Penekindi - DPRD Nunukan menemukan seabrek proyek pembangunan yang terindikasi ‘amburadul’ di daerah Lumbis.

Waktu empat hari, 5 -- 9 Juni 2009, seolah tak cukup bagi tiga anggota DPRD Nunukan berkunjung ke daerah perbatasan, yakni ke Kecamatan Lumbis. Mereka secara khusus melakukan monitoring proyek yang sudah dilaksanakan. Persoalannya, pemerintah selalu bilang kalau pembangunan perbatasan harus dipacu maksimal karena termasuk etalase Negara.

Tapi, Anwar RN yang memimpin dua rekannya mau tak mau harus mengurut dada. Masih banyak proyek yang disinyalir ‘amburadul’. Kondisinya dianggap tidak sesuai harapan dan perencanaan. Contohnya proyek pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Libang – Kalam Pising. Proyek ini memang sudah selesai. Hanya saja belum bisa dimanfaatkan karena fasilitas penunjang seperti listrik yang belum terpasang.

“Persoalan listrik ini harus disikapi serius karena merupakan kebutuhan mendesak,” ucap Achmad Amir – anggota DPRD Nunukan yang ikut memonitoring proyek di sana bersama Anwar RN dan Abdul Rahman. Celakanya, kontraktor proyek Pustu ini masih menyisakan pembayaran material bangunan dan tenaga kerja.

“Kami mendengar kalau kontraktor pelaksana proyek belum membayar lunas material bangunan dan upah para pekerja. Saya dengar juga kalau pemilik toko material dan para pekerja mengancam akan membongkar Pustu itu jika hak-hak mereka belum dipenuhi kontraktor,’’ timpal pimpinan rombongan, Anwar RN seraya menyatakan, mereka itu mematok batas akhir pembayaran sebelum pelantikan anggota DPRD 2009 – 2014.

Persoalan ini, sambung Abdul Rahman, harus disikapi serius oleh pemerintah. Terutama dinas teknis yang terlibat langsung menangani proyek ini. ‘’Saya berharap, PPTK-nya agar segera mengusahakan pembayaran tunggakan dana proyek, sehingga jangan sampai proyek Pustu itu menimbulkan masalah,” tandas Abdul Rahman saat bertemu wartawan.

Proyek Pustu itu hanya satu dari sekian masalah pembangunan di Lumbis. Persoalan lainnya adalah proyek Jalan Mansalong – Beringin sepanjang kurang lebih 11 km. “Proyek itu sudah selesai, tapi tidak maksimal. Ketika musim hujan, jalan ini tidak bisa dilalui masyarakat. Saya mengimbau kepada kontraktor untuk memiliki kepedulian dan moralitas, jangan asal kerja dan mengejar keuntungan semata,” kritik Anwar RN ketika dijumpai di ruang kerjanya.

Proyek pembangunan Dermaga dan MCK lain lagi. Sudah selesai dikerjakan kontraktor, tapi proyek ini dilihat Anwar mubazir karena kurang diperhatikan oleh masyarakat pengguna. “Proyek itu harus ditinjau kembali. Proyek yang hanya membuang-buang uang atau pemborosan anggaran,” ucap Anwar seraya menambahkan, pihaknya pun menyempatkan diri menilik Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di sana.

Fasilitas BPP seperti listrik, mess dan kendaraan operasional memang agak menyedihkan. ‘’Saya agak pesimis juga, bagaimana mereka akan mengembangkan pertanian di kawasan itu. Dan, faktanya petak-petak sawah yang dibuat dengan dana APBD sampai sekarang tidak dimanfaatkan. Bahkan sebagian besar kembali ditumbuhi semak-semak yang lebat,” kata Abdul Rahman.

Proyek lain berupa tambahan pagar Kantor Camat Lumbis juga tak lepas dari monitoring mereka. Proyeknya memang sudah selesai, tapi hasilnya memprihatinkan. Pembangunan pagar itu disinyalir tidak sesuai dengan perencanaan. Pasalnya, material yang digunakan adalah pipa paralon yang diisi dengan campuran semen. Pipa-pipa itu dicat warna hitam hingga sekilas menyerupai besi.

“Saya curiga, proyek ini asal-asalan,” ujar Rahman agak ketus. Proyek lain yang belum terealisasi adalah pengadaan pakaian seragam sekolah SD. “Ini aneh, padahal dana sudah dicairkan. Lebih parah lagi, proyek belum jalan tapi honor pelaksana sudah dibayar,” pungkas Rahman sambil geleng-geleng kepala. *yusuf palimbongan

sumber : Bongkar Online Rabu, 24 Juni 2009 17:01