Kabupaten Nunukan berdiri tahun 1999, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan dengan luas wilayah 14.263,68 Km2 memiliki potensi sumberdaya alam yang tidak terhitung banyaknya. Di antara potensi sumberdaya alam tersebut maka potensi sumberdaya nabati dapat dikatakan sebagai potensi alam yang sangat besar nilainya.

Beranekaragam jenis tanaman, baik yang dibudidayakan maupum tumbuh liar di alam, memiliki manfaat yang dapat memperkaya khasanah flora bumi Nunukan. Salah satu dari jenis tanaman tersebut adalah aren yang sering juga diistilahkan dengan enau.

Seiring dengan perkembangan zaman maka dewasa ini posisi enau sebagai tanaman pelengkap di kebun mulai bergeser menjadi tanaman utama penghasil biofuel. Wacana ini lebih berkembang lagi seiring dengan semakin maraknya issu global yang menyatakan semakin devisitnya cadangan minyak bumi yang selama ini digunakan sebagai bahan baku BBM.

Menjadikan tanaman enau sebagai komoditas unggulan penghasil devisa bagi Nunukan, setidaknya menciptakan kemandirian di tengah masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan berupa penciptaan lapangan kerja. Suatu hal yang akhir-akhir ini terasa sangat besar sekali manfaatnya bagi upaya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Hal yang perlu diketahui bahwa basis utama kemandirian energi nabati adalah sektor pertanian (pangan dan perkebunan) yang berpotensi untuk menciptakan masyarakat yang mandiri. Jika masyarakat pedesaan secara intens diarahkan untuk mengelola sektor pertanian maka hasilnya akan sangat signifikan. Tidak saja tercipta lapangan kerja namun lebih dari itu akan memberikan nilai tambah (surplus) bagi perekonomian masyarakat.

Masyarakat yang hanya semata menanam aren untuk tujuan konsumtif, misalnya, memiliki tingkat pendapatan dan etos kerja yang berbeda dengan warga yang menanam enau untuk memenuhi kebutuhan pabrik bioethanol. Masyarakat yang menanam enau untuk tujuan konsumtif sangat bergantung kepada pasar yang sifatnya fluktuatif. Tetapi bagi petani enau yang berusahatani untuk memenuhi kebutuhan bioethanol maka harga relatif stabil. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan energi bahan bakar nabati yang senantiasa stabil bahkan cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya, yang berhubungan dengan kegiatan ini, adalah terciptanya desa mandiri energi. Wahana yang ditujukan untuk menekan ketergantungan warga masyarakat terhadap bahan bakar minyak yang kian hari kian sulit untuk dipenuhi. Di samping perolehannya yang terbatas, harganya juga seringkali relatif mahal bagi sebagian rumah tangga tani.