Nunukan - Sejumlah warga Nunukan termasuk yang berada di pedalaman, mengaku khawatir menerima tabung elpiji seberat tiga kilogram, sebagai program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Kekhawatiran ini didasarkan pada sejumlah kasus ledakan tabung gas yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.

Kapolres Nunukan AKBP Rhinto Prastowo melalui Kasat Samapta AKP Ripto mengatakan, pemerintah tidak pernah memaksa warga untuk menggunakan tabung gas dimaksud. Sehingga jika memang warga masih takut menggunakan tabung elpiji tiga kilogram dimaksud, mereka dapat saja menggunakan cara-cara manual misalnya dengan menggunakan kayu bakar atau jenis lain untuk kebutuhan memasak.

"Terkadang ledakan terjadi karena kita sendiri kurang waspada. Sehingga menjadi bumerang untuk kita. Makanya kalau ada petugas yang membagikan tabung ini minimal nanti disosialisasikan safety-nya. Kan ada petunjuk penggunaan yang benar. Selangnya diganti setiap berapa bulan sekali? Kemudian kenali ciri-ciri tabung yang asli. Karena kemungkinan ada saja yang nakal kemudian mengganti tabung yang palsu. Tapi kalau memang warga masih khawatir, tidak mau menggunakan tabung, sebaiknya mereka manual saja," katanya.

Ripto mengatakan, program tabung elpiji ini sebenarnya sebagai alternatif untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah. Awalnya minyak tanah ini dapat digunakan untuk memasak, namun karena penggunaan bensin untuk kendaraan juga semakin berkurang, akhirnya minyak tanah ini diproses menjadi bensin untuk kebutuhan kendaraan.

"Sehingga pemerintah membuat program elpiji tiga kilogram. Selama ini ada tabung 15 kilogram dari Pertamina, kalau meledak ledakannya lebih kencang. Karena itu untuk mengantisipasi kebakaran atau ledakan, dibuatlah tabung yang tiga kilogram," katanya.

Dengan membuat tabung yang lebih sederhana, masyrakat juga mudah terjangkau. Pemerintah sendiri, kata dia, sudah mengingatkan para pengusaha untuk tidak membuat tabung palsu.(*)