Supermarket Kebalen Jaya di Sebatik yang menjual banyak produk Indonesia.


Nunukan -
Di era tahun 1964 silam para nelayan Pulau Sebatik pernah merasakan kejayaannya. Para pembeli dari Tawau, Sabah, Malaysia berbondong-bondong datang ke pulau itu hanya untuk membeli udang maupun ikan hasil tangkapan para nelayan.

Para touke juga berdatangan ke pulau tersebut untuk membeli kakao para petani. Sebatik pernah menjadi sentra kakao terbesar di Kalimantan Timur.

Namun ironisnya, saat ini kondisi demikian malah terbalik. Para nelayan harus bersusah-susah menjual hasil tangkapannya kepada para taouke meskipun dengan harga yang sangat murah. Begitu pula yang dialami para petani kakao di pulau yang terbagi menjadi milik Indonesia dan Malaysia tersebut.

"Yang menyebabkan kita kalah bersaing karena di sini tidak ada industri, tidak ada pabrik. Kita punya kakao yang melimpah, kita punya sawit yang banyak, kita punya rumput laut tetapi tidak ada tempat pengolahannya. Akhirnya kita lari ke Malaysia menjualnya," ujar Haji Herman, salah seorang tokoh masyarakat setempat.

Padahal, kata dia, selama ini hampir semua kebutuhan hasil perikanan dan perkebunan di Tawau, Malaysia berasal di Pulau Sebatik.

Ia berharap pemerintah segera campur tangan mengatasi kesulitan yang dihadapi warga. Caranya sudah pasti dengan membangun infrastruktur dan memudahkan birokrasi bagi para investor yang ingin berinvestasi di Pulau Sebatik.

"Seharusnya daerah ini dikembangkan menjadi sentra ekonomi, menjadi daerah industri. Bangun pelabuhan bebas sehingga perusahaan besar bisa masuk di sini. Kalau perlu berikan subsidi ongkos angkut supaya biaya ke sini tidak mahal. Contoh selama ini barang dari Surabaya ke Sungai Nyamuk, Sebatik ongkos angkutanya ditanggung pihak pabrik. Harusnya ini diberikan kemudahan dengan subsidi ongkos angkutan," katanya.

Jika persoalan ini sudah mampu diatasi pemerintah, Herman menargetkan dalam waktu dua sampai tiga tahun setelah itu perekonomian warga di Kecamatan Sebatik akan menggeliat bersaing dengan Tawau, Sabah, Malaysia. (*)