Kepala Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI, Dr Didik Widyatmoko, M.Sc menegaskan bahwa masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Gede dan Pangrango (TNGP) yang menebang pohon diwajibkan menanam kembali.
"Bagi masyarakat yang ingin menebang pohon wajib menanam 10 bibit di kawasan tersebut sebelum menebangnya," katanya kepada ANTARA di Cibodas, kawasan TNGP, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar), Kamis.
Ia mengatakan, guna mencegah semakin banyaknya lahan terdegradasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan penelitian restorasi dan rehabilitasi ekosistem daerah aliran sungai (DAS) Citarum dan Cisadane.
Pada dua kawasan tersebut ditanam bibit pohon sebanyak 5.500 bibit untuk dua lokasi, yakni di Cempaka dan Bodogol.
Sebanyak 3.100 bibit dari 33 jenis yang terdiri atas tanaman buah-buahan seperti alpukat, rambutan, durian, mangga, jeruk dan lainnya ditanam di kawasan itu.
Di samping itu juga ditanam jenis-jenis pohon cepat tumbuh seperti sengon, petai dan jengkol, yang ditanam di Kampung Cipayung, Desa Giri Mukti Kecamatan Cempaka.
Sedangkan 2.400 bibit tumbuhan asli yang terdiri atas delapan jenis telah ditanam di bekas lahan Perhutani, Resort Bodogol, TNGP.
"Di kawasan yang sudah kita tanami ini nantinya akan diawasi terus menerus, hingga batas ia sudah kokoh dan berbuah tidak boleh ditebang, jika ingin menebang boleh tapi satu bulan sebelum ditebang harus ditanam bibit baru," katanya.
Ia mengatakan, bagi masyarakat yang ingin menebang tidak boleh sembarangan dan harus ada izin dari kepala desa.
"Dalam pengawasan ini kita melibatkan kepala desa dan masyarakat setempat, dan masyarakat yang ingin menebang pohon wajib menanam 10 bibit di kawasan tersebut," katanya menegaskan.
Aturan itu, kata dia, dibuat untuk menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, mengingat kawasan Cianjur sebagai daerah resapan hujan sudah beralih fungsi tidak mampu lagi menyerap air hujan, akibatnya ketika musim hujan ibu kota terkena imbasnya.
Dalam program itu, katanya, LIPI mengajar masyarakat sadar akan pentingnya menanam pohong guna mencegah banjir.
Lewat program penelitian strategi restorasi dan rehabilitasi lahan terdegradasi dan rawan longsor pada ekosistem DAS Citarum dan Cisadane itu, katanya, adalah bagian mitigasi perubahan iklim, yang merupakan program kerjasama LIPI dan Depdiknas.
Program penelitian itu menghabiskan dana Rp250 juta, yang berasal dari Depdiknas, sedangkan LIPI sebagai pelaksana kegiatan dengan melibatkan ilmuwan LIPI, masyarakat dan instasi terkait seperti taman nasional, demikian Didik Widyatmoko.
"Bagi masyarakat yang ingin menebang pohon wajib menanam 10 bibit di kawasan tersebut sebelum menebangnya," katanya kepada ANTARA di Cibodas, kawasan TNGP, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar), Kamis.
Ia mengatakan, guna mencegah semakin banyaknya lahan terdegradasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan penelitian restorasi dan rehabilitasi ekosistem daerah aliran sungai (DAS) Citarum dan Cisadane.
Pada dua kawasan tersebut ditanam bibit pohon sebanyak 5.500 bibit untuk dua lokasi, yakni di Cempaka dan Bodogol.
Sebanyak 3.100 bibit dari 33 jenis yang terdiri atas tanaman buah-buahan seperti alpukat, rambutan, durian, mangga, jeruk dan lainnya ditanam di kawasan itu.
Di samping itu juga ditanam jenis-jenis pohon cepat tumbuh seperti sengon, petai dan jengkol, yang ditanam di Kampung Cipayung, Desa Giri Mukti Kecamatan Cempaka.
Sedangkan 2.400 bibit tumbuhan asli yang terdiri atas delapan jenis telah ditanam di bekas lahan Perhutani, Resort Bodogol, TNGP.
"Di kawasan yang sudah kita tanami ini nantinya akan diawasi terus menerus, hingga batas ia sudah kokoh dan berbuah tidak boleh ditebang, jika ingin menebang boleh tapi satu bulan sebelum ditebang harus ditanam bibit baru," katanya.
Ia mengatakan, bagi masyarakat yang ingin menebang tidak boleh sembarangan dan harus ada izin dari kepala desa.
"Dalam pengawasan ini kita melibatkan kepala desa dan masyarakat setempat, dan masyarakat yang ingin menebang pohon wajib menanam 10 bibit di kawasan tersebut," katanya menegaskan.
Aturan itu, kata dia, dibuat untuk menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, mengingat kawasan Cianjur sebagai daerah resapan hujan sudah beralih fungsi tidak mampu lagi menyerap air hujan, akibatnya ketika musim hujan ibu kota terkena imbasnya.
Dalam program itu, katanya, LIPI mengajar masyarakat sadar akan pentingnya menanam pohong guna mencegah banjir.
Lewat program penelitian strategi restorasi dan rehabilitasi lahan terdegradasi dan rawan longsor pada ekosistem DAS Citarum dan Cisadane itu, katanya, adalah bagian mitigasi perubahan iklim, yang merupakan program kerjasama LIPI dan Depdiknas.
Program penelitian itu menghabiskan dana Rp250 juta, yang berasal dari Depdiknas, sedangkan LIPI sebagai pelaksana kegiatan dengan melibatkan ilmuwan LIPI, masyarakat dan instasi terkait seperti taman nasional, demikian Didik Widyatmoko.
0 Comments Received
Leave A Reply