Penerbangan dari dan ke Nunukan – Krayan tetap berpolemik, kalau manajemen pengelolanya tidak serius dan harus berhitung ulang cost pesawat.
MUNGKINKAH warga Krayan selamanya akan terisolir? Mungkin saja sepanjang ruas jalan darat dari dan ke Nunukan – Krayan belum tembus. Itu disebabkan lima pesawat yang melayani penerbangan Nunukan -- Krayan Induk dan Krayan Selatan tak bisa operasi maksimal. Terus diancam kerugian, dan nasibnya akan sama seperti pesawat DAS (Dirgantara Air Service) beberapa tahun silam.
Hitung hitungannya, manajemen penerbangan menemukan adanya ketidaksinkronan antara biaya operasional dengan anggaran yang tersedia, terutama subsidi dari Pemkab Nunukan mau pun Pemprov Kaltim. Kondisi itu diungkap oleh Ramposo, pilot pesawat Airvan atau pesawat ’kura kura’ yang melayani rute Krayan Selatan – Krayan Induk – Nunukan, dalam suatu perbincangan dengan BONGKAR!
Ramposo melukiskan, setiap kali ia menerbangkan pesawat ke daerah bersuhu dingin itu masih rugi sekitar Rp 6 juta. Padahal, armadanya khusus ditugasi mengangkut barang saja. Barang barang itu pun adalah barang sisa yang tidak terselesaikan kontraknya oleh DAS, tahun lalu, dan diharapkan terangkut sampai tahun 2008 ini.
’’Kalau pun harus mengangkut penumpang, itu bisa dilakukan saat balik dari Krayan Selatan atau Krayan Induk ke Nunukan,’’ ujarnya di Bandara Long Bawan, Krayan. Ia menambahkan, ancaman buruk ini untuk semua armada. Tidak hanya pesawat Airvan milik Perusda Melati Bhakti Satya (MBS), melainkan juga pesawat MAF dan Sisu Air yang dalam waktu dekat akan operasi..
Gejolak warga sebagai akibat tidak adanya penerbangan pada Agustus 2008 lalu, harus diakui masih terasa. Artinya, pelayanan penumpang rute Nunukan -- Krayan masih tertatih tatih. Calon penumpang mau tak mau harus menunggu antrean kurang lebih satu bulan, baru bisa mendapat giliran terbang ke Krayan – salah satu kecamatan di garis perbatasan Kaltim -- Malaysia Timur itu.
Ironisnya, sampai penghujung tahun 2008 ini masing masing armada hanya memiliki jatah terbang 16 kali. Sisanya, pesawat harus menghabiskan angkutan barang. Kalau begitu, mampukah dua pesawat ’kura kura’ yang hanya memiliki kapasitas angkut 400 kg itu menghabiskan sisa barang hingga akhir 2008? Kalau tidak, berarti tumpukan barang tahun ini akan bertambah lagi di tahun 2009 nanti.
Kondisi itu memang dirasakan Ramposo. Mantan pilot DAS itu berharap, manajemen penerbangan rute Nunukan --Krayan bersama Pemprov dan Pemkab harus bermain di target daya muat pesawat. Artinya, penerbangan bisa bernapas jika subsidi angkut barang yang dipatok 70 ton dikurangi 50 ton. Perkiraan kasar ini dianggap merupakan solusi mengatasi idealnya antara cost terbang dengan layanan penumpang dan barang.
Subsidi terbang untuk penumpang, aku Ramposo, hanya 16 kali. Sedang jatah barangnya 70 ton, tapi sekali muat hanya mampu 400 kg yang berarti ada 35 kali penerbangan. “Nah, kalau ini dipaksaskan maka nasib armada yang melayani akan sama dengan DAS,” ujar Ramposo, seraya menimpali, pemerintah dan manajemen pesawat harus berhitung ulang tentang cost pesawat ini.
Caranya? Lelaki bertubuh kekar itu menyatakan, jatah barang 70 ton itu harus dikurangi menjadi 50 hingga 52 ton, dengan rute penerbangan Nunukan, -- Bunuang -- Pa’upang dan Long Layu. Pengurangan ini baru akan bisa melayani angkutan penumpang. Artinya, angkutan penumpang bisa dicampur dengan angkutan barang.
Terkait estimasi cost Rp 3 miliar yang disiapkan Pemkab Nunukan, rincinya, bisa dihabiskan Rp 23 juta per sekali terbang. Itu berarti, terdapat 13 kali penerbangan barang dan orang. Tapi, persoalannya adalah subsidi ongkos angkut Pemprov yang hanya Rp 400 juta hingga akhir tahun 2008 ini. Sedang untuk penumpang Nunukan -- Krayan hanya dikenai ongkos Rp 250 ribu, karena subsidi Pemkab dengan 4 orang penumpang dan 13 ton barang.
Pelik memang hitung hitungan cost penerbangan Nunukan -- Krayan. Itu disebabkan mahalnya BBM pesawat yang harus menggunakan Avgas, bukan Avtur. Harga Avgas adalah Rp 20.000 per liter, jauh lebih mahal dari Avtur. Sedang sekali terbang ke Krayan Selatan misalnya memakan waktu 2 jam dengan menghabiskan 150 liter Avgas atau senilai Rp 3.000.000. Jumlah pesawat yang melayani penerbangan itu ada lima, dua pesawat Airvan dengan kapasitas empat orang, dan 3 pesawat MAF milik misionaris kapasitas minimal 8 orang. “Saya melihat, selamanya urusan penerbangan ke Krayan akan terus berpolemik, kalau tidak ada keseriusan manajemen pengelolanya yang benar benar rapi dan serius,” ujar Ramposo
0 Comments Received
Leave A Reply