
"Satool PP hanya panas-panas tai ayam. Satu kali razia, setelah itu tidak pernah lagi," kata Jufri salah seorang warga. Jufri menduga, sering terjadinya kelangkaan bensin jenis premium di Nunukan disebabkan adanya aksi borong yang dilakukan para pedagang BBM eceran illegal ini.
Warga mengeluhkan masih seringnya tejadi kelangkaan BBM di Nunukan. Hanya dalam waktu tiga hari, premium di dua agen penyalur minyak solar (APMS) yang ada di Nunukan sudah ludes. Padahal bersamaan dengan habisnya premium di APMS, para pedagang eceran illegal ini juga bermunculan.
"Harganya beda. Kalau di APMS cuma Rp5.000-an, nah kalau di pedagang eceran rata-rata di jual Rp7.000. Kalau BBM lagi sulit didapat, mereka bahkan menjual sampai Rp 10.000 perliter. Jelas kita konsumen sangat dirugikan," ujarnya.
Ia meminta aparat terkait berani bertindak tegas. Sebab, jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut tentu konsumen akan dirugikan. (*)
0 Comments Received
Leave A Reply